Kamis, 12 Agustus 2010

DUA HARI LALU

Ku habiskan hari terakhir sebelum Ramadhan tiba bersama priaku dan dua karibku.



SORE
Sedari sore priaku sudah tiba di rumahku.
Ia tiba saat aku baru saja bangun dari tidur kecil siangku.
Ketika bangun, ku lihat di depan pagar rumahku ada dia bersama sekuter matic putihnya.
Dia menggunakan baju panjang semi koko berwarna hitam.
Tampak bagus ditubuhnya yang cukup tambun.
Dalam hati, kamu terlihat lebih langsing sayang, perut buncitmu tertutup.
Saat datang mukanya merah, mungkin karna panasnya siang kala itu.
Tapi itu tak membuatku aneh melihatnya, karna dia selalu enak diliat dimataku dalam kondisi apapun. Aku suka dia.
Aku ajak dia masuk ke dalam rumah, tak lama ibuku muncul.
Sedikit salam, lalu ibu pergi ke dapur dan sesekali masuk keluar rumah, pergi-pergian ke rumah tetanggaku.
Di ruang tengah, kami bermain poker online di komputer jinjing kecil miliknya dengan bantuan si mungil putihku, yang menjadi penghubung jaringannya.
Diselingi obrolan kecil, saling iseng mengejek, gelitik tawa, muka merah, saling sentuh dan membahasakan sayang.
Tak lama ia berkata bahwa mak comblang kami akan datang juga ke rumahku.
Dan tepat saat senja menguning, yang dinanti pun datang.
Dan kami habiskan senja bersama, menunggu sang malam tiba.

MAK COMBLANG.
Aku dan priaku dikenalkan secara sengaja oleh sepasang kekasih.
Yang wanita adalah teman baikku, dan yang prianya adalah teman baik priaku.
Kalau tanpa mereka, mungkin aku takkan pernah kenal dengan priaku kini, dan kami takkan pernah memiliki hubungan penuh gejolak sayang seperti ini.
Yang membuat hariku terasa lebih hidup dan membahagiakan.
Karna ada dia di hariku, ada dia di hidupku.

MALAM.
Dari sore hingga malam, ada “dua pasang merpati” di rumahku.
Begitu kata ayahku ketika dia mampir ke rumah setelah pulang dari kantornya.
Saat adzan mengumandang, kami bersiap melakukan kewajiban kami kepada sang pencipta.
Kami sepakat untuk solat tarawih bersama di masjid dekat rumahku.
Priaku, dia memang bukan pria pertamaku, tapi dia pria pertama yang menemaniku menghabiskan malam pertama bersama di bulan suci Ramadhan.
Dan dua sahabatku, mereka pun ikut mewarnai malam pertama Ramadhan ku.
Kami salat tarawih bersama. Aku, pria ku, dan sepasang mak comblang ku.
Pria ku salat bersama sahabat prianya.
Dan aku salat bersama sahabat wanitaku.
Setelah kembali dari masjid, pria ku dan sahabatnya menunggu aku dan sahabatku di depan rumahku.
Aku mencium tangannya. Begitu juga sahabatku pada prianya.
Setelah itu kami menghabiskan waktu bersama kembali, walau hanya sekedar kumpul kecil, tawa selalu memenuhi malam kami, diselingi beberapa hidangan yang ibu ku buat atau ayah dan adikku beli.

PULANG
Malam telah melarutkan dirinya menjadi larutan gelap pekat.
Aku tak tahu pasti jam berapa saat itu mungkin hampir jam sebelas.
Tiba saat mereka pulang.
Tiba saat mereka pamit.
Tiba saat aku dan pria ku harus berpisah.
Yaa malam memisahkan kami.
Malam menjadi bel pulang dan priaku mengecup keningku.
Ia pulang hari itu ke rumah nya.
Dan aku berdiri, berharap dia akan kemari lagi.
Atau harapku..
Kelak suatu saat, dia tidak perlu pulang, karma kami sudah serumah saat itu.
Malam sayang, hati-hati di jalan, kabari aku, jika kau sudah sampai di rumahmu..
Begitu kira-kira percakapan terakhirku malam itu pada pria ku.
Dan itu kenangan dua hari yang lalu, dan sekarang aku memandangi jendelaku.
Sambil menikmati secawan candu rindu yang memabukkan tubuh dan akal ku..

Rabu, 11 Agustus 2010

KETUKAN JEMARI

Jemari ini berdansa, mengetuk alas bumi, menyuarakan lantai dingin siang ini..



#Ketukan Pertama

INSTING. Tak setajam binatang. Tapi manusia punya.
NAFSU. Tak seliar binatang. Tapi manusia punya.
AKAL. Tak dimiliki binatang. Tapi manusia punya.


#Ketukan Kedua

BOHONG. Itu semu. Itu mengesalkan. Itu mengecewakan. Itu melukai. Itu menyakitkan. Itu memilukan. Itu indah di awal. Itu sakit di akhir. Itu candu hitam pekat yang menghancurkan kepercayaan.


#Ketukan Ketiga

JUJUR.
Itu tak mudah. Itu tak sulit.
Hanya saja mampu buat lidah kelu.
Buat hati cemas.
Berdebar tidak karuan.
Perlu banyak keberanian.
Tak butuh ketakutan.
JUJUR.
Itu indah. Itu enak.
Sekalipun memilukan.
Bagai belati berujung candu nikmat.
Bila tertusuk sakit perih.
Namun luka pun tersenyum.
Sebagai pehargaan atas sebuah kebenaran.


#Ketukan Keempat.

ILUSI. Tidak mungkin.
Aku yakin. Aku menyentuhmu.
Aku yakin. Aku erat tubuhmu.
Aku yakin. Aku endus wangimu.
Aku yakin. Aku dengar suaramu.
Dan itu hanya semu semata?
Kalau begitu. Ak tak ingin nyata.
Biar saja aku terus berilusi.
Karna disitu ada kau.
Karna disitu kau nyata.
Karna kau yang kuinginkan.


#Ketukan Kelima

MISTERI. Sebuah rahasia kau tutup sendiri.
Tapi mata kau selalu membukanya.
Seolah ingin bicara, namun ragu.
Seolah ingin berbagi, namun takut.
Terbaca gelagatmu. Kau tak nyaman.
Padahal jika ingin bercerita. Aku siap mendengarkannya.
Kalau takut. Aku akan mendampingimu.
Kalau tak berani. Maka, silahkan hidup sendiri.
Semoga kau nyaman. Berada bersama misteri itu.
Aku akan terus berdoa. Agar kau bisa bahagia tanpa keraguan.
Karna aku bisa melihatnya, membacanya, tapi tak mengerti artinya.
Dan aku sedih melihat kau menahan diri. Berkutat sendiri didalamnya.
Mau aku temani? Berbagilah padaku..
Aku takkan rewel. Aku akan menjadi pendengar yang baik.
Aku akan merespon dengan baik. Aku takkan meninggalkanmu setelah kau cerita.
Karna aku sayang kamu beserta isi dirimu, bahkan misterimu..

PENGELANA INGUSAN, PENGELANA HIDUP



Berkelana dari satu gubuk ke gubuk, dari satu istana ke satu istana.
Bermusafir dari satu kampung ke kampung, dari satu kota ke kota.

Dua anak manusia menjadi pelopornya.
Mereka kumpulkan bocah-bocah yang terpencar menjadi utuh.

Dua anak manusia menjadi perintisnya.
Mereka satukan bocah-bocah yang berbeda menjadi satu.

Dari dua kini menjadi sepuluh.
Dari sepuluh menjadi duapuluh.
Dari duapuluh menjadi tigapuluh.
Dari tigapuluh menjadi empatpuluh.
Dan dari empatpuluh menjadi satu ruangan penuh imaji.

Tubuh kami, pengelana ingusan.
Mungkin masih suka ingusan.
Tapi kami bukan anak ingusan.
Tak percaya?
Belah saja jiwa kami.
Lalu perhatikan jiwa kami dengan seksama.
Jiwa kami, pengelana tertempa.
Ditempa pengalaman.
Kami menyatu bersama menjadi sekelompok pengelana hidup.
Pengelana hidup berkartu pelajar lapangan.
Pelajar lapangan yang belajar dari kondisi nyata.
Kami belajar meliar bersama, menyeka ingus bersama.
Mencicipi asinnya ingus.
Asamnya keringat.
Dan manis pahit coklat kehidupan.
Bersama mencoba mengartikan setiap rasa itu di setiap petualangan kami.
Kami tertempa, kami bermetamorfosa.



Ditulis untuk LIAR CREW,
salah satu bagian terpenting dalam tubuh hidupku..

Minggu, 08 Agustus 2010

TERBENDUNG

Aku tak suka malam ini. Karna aku masih ingin berlama-lama denganmu. Tapi kau harus pergi. Karna malam telah mengusirmu dr rumah ku. Padahal masih banyak kata yang ingin ku ocehkan ke telingamu. Masih banyak cubitan yang ingin ku daratkan di tubuhmu. Dan masih ku inginkan sorot matamu yang selalu mendegupkan jantung ini, menjadi lebih kencang. Dag Dig Dug. Kurang lebih seperti itu bunyinya..

Mungkinkah karna kau pecinta rokok. Maka rindu ini terasa sangat mirip asap rokok yang kau hembuskan setiap di dekat ku. Terasa sesak dan pening. Asap asap rindu ini terasa menghimpit paru-paru ku untuk bernafas. Padahal rokoknya sudah padam. Tapi tetap saja asapnya masih terasa. Buat aku batuk-batuk malam ini. Bunyinya uhuk, 'aku masih rindu kamu'. Makin terasa sesak saja..

Ingin sekali detik ini kau masih disampingku. Tapi aku sadar. Kau juga punya rumah. Jadi harus pulang ke rumahmu. Lagi pula kalau kita terus terus bersama, jenuh juga mungkin aku. Dan tak merasakan nelangsa nikmat merindukanmu. Tapi jujur saja, hingga detik ini aku tak rasakan jenuh sedikit pun padamu. Semua rasa terbendung karena rasa sayang ku padamu, Oh Sayangku..

*Dedicated for my beloved boyfriend, 28052010*

Jumat, 06 Agustus 2010

Pertama

Sabtu siang di ruang tengah..
Beberapa waktu belakangan ini,
entah mengapa otak saya seperti keranjingan kata.
Terlalu banyak kata yang ingin saya tuliskan.
Mereka seolah-olah bicara,
menuntut tak hanya sekedar di pikiran tapi diwujudkan oleh saya.
Dan kini saya mulai menulis, menciptakan anak-anak kata.
Dan membiarkan mereka puas berbicara..

Untuk pertama saya rasa cukup.
Sekarang saya ingin melihat pratinjaunya.
Let's check. It's my first note in my blog.. :)